Jurnal Pribadi Sehari Hari: Perawatan Diri untuk Kesehatan Jiwa

Jurnal Pribadi Sehari Hari: Perawatan Diri untuk Kesehatan Jiwa

Jurnal Pribadi Sehari Hari: Perawatan Diri untuk Kesehatan Jiwa

Setiap pagi aku membuka buku jurnal sederhana, menuliskan hal-hal kecil yang terasa penting meski sering terlupa. Bukan soal menuntaskan daftar tugas, melainkan soal menyeberangi batas antara pikiran dan kenyataan. Jurnal pribadi bagiku seperti kaca kecil yang tidak memantulkan sinar berlebihan, hanya memantulkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kepala. Aku mulai dengan tiga hal yang aku syukuri, lalu satu hal yang membuatku resah, kemudian dua langkah kecil yang bisa aku lakukan untuk menata mood. Yah, begitulah: tidak ada formula sakti, hanya kebiasaan yang bisa terasa mengurangi beban, satu tarikan napas pada satu waktu.

Kadang aku menulis tentang hal-hal sepele: kursi favorit yang retak, suara AC yang mengganggu, atau bagaimana rambutku sendiri bisa membuatku tersenyum setelah beberapa detik. Tapi di balik cerita sederhana itu, ada pola yang muncul: hari-hari ketika aku menunda menuliskan perasaan cenderung tertekan, sementara hari-hari yang aku sediakan beberapa menit untuk refleksi terasa lebih tenang. Jurnal menjadi sahabat yang tidak menghakimi, yang membisikkan bahwa aku tidak harus sempurna untuk layak merasa. Aku pernah ketakutan menulis tentang kegagalan kerja, lalu membaca ulang beberapa minggu kemudian dan menyadari aku sudah tumbuh tanpa sadar sepanjang waktu.

Jurnal sebagai sahabat sehari-hari

Kalau kamu menganggap jurnal sebagai tugas, itu akan terasa membebani. Tapi bagiku, menulis adalah obrolan santai dengan diri sendiri yang bisa kubawa ke mana saja. Ketika emosi berlari tanpa arah—sedih, marah, cemas—aku menuliskannya tanpa bumbu penyedap. Kadang aku hanya menuliskan kata-kata pendek, kadang juga menggambar garis untuk menandai perasaan gelisah. Tidak ada batasan gaya, tidak ada ujian apakah tulisanku ‘benar’ atau tidak. Yang penting adalah prosesnya: menurunkan tempo, memberi ruang pada suara yang selama ini terdiam, lalu membiarkan diri pulih sedikit demi sedikit.

Setiap kali aku membaca catatan lama, aku sering tertawa sendiri karena nada tulisanku sangat manusiawi: tidak muluk, tidak dramatis, hanya aku yang perlahan belajar mengolah rasa. Ada kalanya aku menyadari pola: ketika aku menunda menuliskan perasaan, tidur jadi terganggu, nafsu makan berkurang, dan aku mudah tersinggung. Ketika aku memberi diri sekadar sepuluh menit untuk menuliskan apa yang sebenarnya aku rasakan, mood perlahan membaik. Begitulah: langkah kecil, dampak besar, dan rasa percaya pada diri sendiri mulai kembali menenangkan hari-hariku yang sebelumnya kacau.

Perawatan diri: kebersihan batin

Perawatan diri bukan sekadar ritme spa atau produk baru; ia adalah komitmen pada diri sendiri. Aku mulai memodifikasi kebiasaan kecil yang berdampak besar pada kesehatan jiwa: malam tanpa layar, secangkir teh hangat, buku favorit, doa pendek, napas panjang. Aku mencoba tidur cukup, tidak tergoda begadang menonton serial tanpa akhir. Pagi hari aku berjalan kaki sambil mendengar burung, meresapi langit, merawat kulit yang mulai menua. Aku juga memperhatikan pola makan: terlalu banyak gula membuatku gelisah, makanan bergizi membuatku lebih fokus. Semua itu, secara halus, menenun kestabilan yang dulu terasa langka.

Selain itu, kesehatan jiwa berarti menjaga jarak dari overstimulus: batas waktu layar, waktu tenang, ruang untuk diam. Aku pernah mencoba meditasi singkat, lima menit, lalu menuliskan tiga kata yang mewakili suasana hati. Hasilnya tidak selalu dramatis, tetapi cukup untuk menyalakan sumbu refleksi. Kadang aku mengajak teman berbicara tentang bagaimana hari berjalan, kadang aku menulis pertanyaan pada diri sendiri seperti ‘apa yang benar-benar aku butuhkan hari ini?’. Pada akhirnya, perawatan diri adalah pola, bukan kejutan; konsistensi kecil yang lama-lama menyusun ketenangan.

Menutup siklus emosi dengan ritme pribadi

Akhirnya, jurnal tidak selalu melegakan; kadang membawa kita mengakui kenyataan pahit. Tapi itu bagian dari proses. Aku mencoba menutup siklus emosi dengan ritme pribadi: menuliskan satu kalimat penutup di tiap malam, menyusun rencana kecil untuk keesokan hari, lalu melepaskan teka-teki tanpa memikirkan kembali. Aku juga menyisihkan waktu khusus untuk diri sendiri: menutup laptop, menata ruangan, menyalakan lilin, dan membiarkan lagu lama yang menenangkan mengalir. Yah, begitulah: kita tidak selalu punya jawaban, tetapi kita bisa memberi diri peluang untuk hidup lebih ringan.

Terakhir, aku menutup artikel ini dengan harapan sederhana: jurnal pribadi bukan kompetisi, melainkan pelatihan halus untuk menjaga kesehatan jiwa. Aku tidak mengklaim bisa menghilangkan semua beban, tapi aku yakin rutinitas kecil ini membuat hari-hari lebih bisa ditanggung. Jika kamu ingin melihat contoh lain tentang perawatan diri dari perspektif yang berbeda, aku sering membaca tulisan di michelleanneleah untuk mendapatkan inspirasi tanpa merasa tertekan. Mulailah dari satu paragraf, satu napas, satu langkah yang bisa kamu lakukan hari ini.