Apa sebenarnya jurnal pribadi bagi kita?
Jurnal pribadi bagiku adalah catatan perjalanan sehari-hari yang tidak menuntut keindahan bahasa, hanya kejujuran yang sederhana. Aku mulai menulis ketika kuliah, saat kamar kost terasa terlalu kecil untuk memuat semua gelisah dan mimpi yang berdesir. Aku tidak punya resep rahasia; aku hanya punya pena, buku tulis lusuh, dan secangkir teh yang menemaniku tiap malam. Pada halaman-halaman itu, aku berlatih memberi nama pada perasaan yang kadang terasa samar – gelisah, lelah, bersyukur, atau bahkan sekadar “hari ini tidak bisa.”
Jurnal menjadi tempat aman untuk menimbang pilihan, meninjau pola, dan melihat diri sendiri secara lebih manusiawi. Ada kalanya aku menulis hal-hal yang tidak ingin aku singgung di depan orang lain: rasa iri, kecewa, atau rasa takut gagal. Tapi ketika aku membaca ulang, aku sering menemukan benang merah: aku perlu istirahat lebih, aku perlu melepaskan kontrol berlebih, aku perlu mengatakan tidak pada hal-hal yang menguras energi tanpa memberi imbal balik. Dan di saat itulah aku merasa menulis adalah semacam pulang ke rumah lama yang selalu bisa menunggu dengan pintu yang terbuka.
Perawatan diri bukan sekadar mewah
Bagi banyak orang, perawatan diri terdengar seperti liburan mahal: spa, perjalanan, membeli barang mewah. Padaku, ia adalah rutinitas kecil yang mengakui batasan tubuh dan pikiran. Bangun dan menyeduh kopi atau teh hangat, menyalakan musik lembut, menata rambut sebentar, semua itu bagian dari merawat diri. Sederhana, namun terasa penting. Mandi dengan air hangat yang cukup lama, tidur cukup, makanan yang tidak membuat perut jadi berat, semua itu bukan kemewahan, melainkan bahan bakar agar pintu-pintu energi bisa tetap terbuka di hari berikutnya.
Aku mulai menata ritme harian dengan tidak terlalu memaksakan diri. Perawatan diri untukku juga berarti memilih waktu untuk beristirahat saat tubuh memberi tahu bahwa ia butuh jeda. Menolak janji-janji yang tidak perlu, menutup layar ponsel saat makan, memberi diri ruang untuk diam sejenak—semua itu bagian dari menjaga keseimbangan. Karena jika kita terus memaksa diri berjalan tanpa jeda, kita akhirnya kehilangan arah. Dan ketika kita menjaga keseimbangan itu, kita punya lebih banyak kapasitas untuk hadir bagi orang-orang yang kita sayangi.
Kesehatan jiwa lewat kebiasaan harian
Kesehatan jiwa bukan satu momen, melainkan rangkaian kebiasaan yang saling membantu. Aku belajar bahwa jurnal tidak hanya tentang mencatat peristiwa, tapi juga tentang menata ritme batin. Aku mencoba napas yang lebih tenang: tarik napas pelan selama empat hitungan, tahan seperempat detik, hembus pelan selama empat hitungan. Jika pikiran melayang, aku balikkan fokus ke napas lagi. Baris demi baris di jurnal menjadi tempat aku menumpahkan respon terhadap stres kecil yang datang sepanjang hari—kata-kata yang dulu menumpuk, kini bisa kualihkan menjadi hal-hal yang bisa diubah atau diterima.
Di pagi yang panjang dan malas, aku mulai dengan tiga afirmasi sederhana: aku layak bahagia, aku bisa memilih hari yang sederhana, aku tidak perlu sempurna. Aku juga menuliskan hal-hal kecil yang membuatku merasa hidup—senyuman dari seorang teman, aroma roti panggang yang mengisi dapur, atau matahari pertama yang menembus jendela. Kadang aku membaca kisah-kisah orang lain yang menuliskan perjalanan mereka, seperti di blog yang menginspirasi banyak orang. Aku sering menemukan kenyamanan dalam satu kalimat sederhana yang menguatkan: kita tidak sedang berjalan sendirian. Kadang aku berhenti sejenak dan membaca catatan itu lagi, seolah menjemput bagian diri yang selalu haus akan pengertian dan kasih.
Aku juga tidak malu mengakui bahwa aku belajar dari berbagai sumber, termasuk tulisan dari komunitas yang menaruh empati sebagai pusat. Di bagian lain, ada momen ketika aku menyadari bahwa aku perlu bantuan profesional. Jurnal membantuku melihat kapan waktu itu sudah tepat dan bagaimana cara mengajukan diri untuk mendapatkan dukungan. Dan ketika aku menuliskan tentang terapi, aku menempatkan hal itu sebagai bagian dari perawatan diri yang sehat, bukan aib untuk ditutupi. Ini pelajaran penting: kesehatan jiwa bisa melibatkan berbagai alat, dan tidak ada satu jalur yang cocok untuk semua orang. Akan sangat menyenangkan jika kita dapat saling berbagi tempat yang aman untuk belajar bersama, tanpa menghakimi.
Langkah kecil yang bisa kita ambil besok pagi
Mulailah dengan hal sederhana: tarik napas panjang, lihat sekeliling kamar, dan tulis tiga hal yang kamu syukuri hari ini. Jangan menunggu waktu yang sempurna; waktu itu ada di mobi kecil keseharian kita. Atur jam tidur agar cukup, hindari layar terlalu dekat dengan jam berangkat tidur, dan cobalah untuk tidak menumpuk tugas di malam hari yang akhirnya menumpuk juga kecemasan keesokan paginya. Pilih satu batasan: misalnya tidak melakukan pekerjaan setelah senja atau tidak membalas semua pesan segera; biarkan diri kamu punya ruang tidak seimbang untuk menghadapi hari berikutnya.
Berbagi dengan seseorang yang kamu percaya bisa jadi langkah besar. Ceritakan sedikit tentang bagaimana perawatan diri bekerja untukmu dan bagaimana jurnal membantu membongkar kebingungan di kepala. Ingat bahwa jurnal adalah alat, bukan hukuman. Ia ada untuk menolong kita melihat dengan lebih jujur, untuk menempelkan tanda tanya yang sehat pada pola-pola emosi, dan untuk membantu kita memilih respons yang lebih manusiawi terhadap diri sendiri dan orang lain. Jika suatu hari terasa berat, itu wajar. Pada akhirnya, seimbang tidak berarti tanpa badai; keseimbangan adalah kapasitas untuk tetap berjalan meski hujan turun deras.
Kunjungi michelleanneleah untuk info lengkap.